Rabu, 28 Maret 2012

Perlukah Menggunakan Baby Walker?


Memakai baby walker untuk bayi yang sedang belajar berjalan sebenarnya telah menjadi “tradisi” sejak –setidaknya- pertengahan tahun 1600-an, dan baru dua dekade belakangan, para ahli menemukan bahwa bahayanya jauh melebihi keuntungannya. Di negara maju, diperkirakan 25.000 anak per tahun dibawa ke Unit Gawat Darurat akibat kecelakaan yang berkaitan dengan baby walker. Tentunya timbul pertanyaan, mengapa demikian?

Penyebab kecelakaan tertinggi

Di antara seluruh produk untuk bayi, baby walker menuruti peringkat pertama penyebab kecelakaan pada anak kecil dengan angka cukup signifikan. Bahkan, tak main-main, sebuah penelitian pada 271 anak yang celaka akibat baby walker, 96%-nya terjadi akibat anak jatuh dari tangga saat ia memakai baby walker-nya. Kasus yang lain yang pernah dilaporkan adalah jari terjepit, tersandung, luka bakar, ataupun menelan benda asing.

Pemakaian baby walker terbatas pada usia tertentu yaitu usia 5-15 bulan,
ketika bayi sudah mulai duduk tegak namun belum dapat berjalan sendiri. Ini menyebabkan kecelakaan paling banyak terjadi pada usia tersebut.

Berikut hal-hal yang sering terjadi:

Jatuh. Ini yang paling banyak terjadi. Bayi bergerak dengan cepat, tersandung, dan baby walker terguling membuat ia terbentur benda keras atau jatuh ke lantai, lebih parah lagi bila jatuh ke tangga. Penelitian menunjukkan, 60-90% kecelakaan di tangga berhubungan denga baby walker. Banyaknya anak tangga berkorelasi dengan keparahan kecelakaan dan lantai yang keras di dasar tangga juga turut memperparahnya. Kepala adalah anggota tubuh yang paling sering terkena dibandingkan anggota tubuh lain.

Terbakar atau terluka. Dengan memakai baby walker, anak dimungkinkan meraih benda-benda di tempat lebih tinggi yang berbahaya untuk mereka seperti gelas berisi air panas, pisau, vas bunga dari kaca dan lain-lain. Posisi anak yang mendongak saat meraih benda menyebabkan kebanyakan kasus terjadi di daerah wajah dan kepala.

Gangguan Perkembangan dan baby walker. Banyak orang tua percaya baby walker dapat membantu anak mereka berjalan. Sesungguhnya ini tidak benar. Bahkan, fakta makin memperlihatkan baby walker malah memperlambat perkembangan anak.

Sebuah penelitian pada anak kembar menunjukkan anak yang diletakkan di baby walker mengalami gangguan motorik berjalan dibandingkan saudara kembarnya. Perhatikanlah, anak tanpa baby walker akan lebih bebas berguling, duduk dan berdiri, bergerak mengambil sesuatu, dan bermain di lantai yang merupakan dasar untuk belajar berjalan, ketimbang bergeser ke sana kemari dengan baby walker.

Pengawasan tak menjamin

“Saya selalu mengawasinya kok” atau “Saya menggunakan pagar di tangga, jadi anak tak mungkin jatuh,” ternyata tidak menjamin anak tak mengalami kecelakaan akibat baby walker. Dari sebagian besar kecelakaan jatuh dari tangga akibat baby walker, lebih dari setengahnya memiliki pagar di tangganya. Bisa dibayangkan, bayi dalam baby walker dapat bergerak satu meter perdetik, dan dengan usianya, ia belum memiliki kontrol terhadap kecepatan sehingga ketika kita lengah sedikit saja, si bayi yang aktif telah sampai di ujung ruangan dan terlepaslah ia dari jangkauan. Bahkan, dari 271 anak yang celaka akibat baby walker, 78%-nya sedang dalam pengawasan dengan 69%-nya diawasi oleh orang dewasa.

Bagaimana dengan tanda peringatan yang selalu ada di setiap kemasan produk tersebut? Dari studi yang sama, sebagian besar orang tua menyadari sebelumnya bahwa baby walker memang berpotensi menyebabkan kecelakaan, bahkan setelah kecelakaan terjadi, sebagian dari mereka ada yang memakai kembali baby walker pada anak yang sama atau pada adiknya dengan berbagai alasan, misalnya “si bayi tampak menyukainya”, atau “kecelakaan yang terjadi bukan karena baby walker-nya, tetapi karena kelengahan”, dan sebagainya. Sehingga, tanda peringatan tentang bahaya baby walker tidaklah efektif untuk mencegah kecelakaan yang bisa terjadi.

Jadi, bagaimana dong?

Meskipun di negara maju telah ada usaha untuk menyegel produksi atau penjualan produk baby walker, namun hal ini menjadi sulit karena dianggap belum cukup bukti. Selain itu, tak semua orang tua setuju dengan penyegelan ini sehingga muncullah alternatif produk serupa baby walker yang lebih aman. Misalnya, telah dipasarkan baby walker tanpa roda yang tetap membuat anak gembira karena ia tetap bisa berdiri, berputar, ataupun berjingkat. Dan yang jelas mengurangi risiko kecelakaan jatuh dari tangga akibat baby walker. Selain itu, banyak industri yang memodifikasi ukuran baby walker sehingga melebihi ukuran pintu standar, dengan harapan mengurangi angka kecelakaan. Namun, menurut Child Accident Prevention Trust, semua usaha ini belum terbukti menurunkan jumlah atau derajat keparahan kecelakaan yang terjadi. Jadi, pertimbangkan kembali sebelum memutuskan untuk menggunakan baby walker.

Referensi
1. Smith AG, Bowman MJ, Luria JW, Shilds BJ, Baby Walker-related injuries continue despite warning labels and public education. Pediatrics Vol.100 No.2 Agustus 1997.
2. Child Accident Prevention Trust. Baby Walker Factsheet, 2004. Tersedia dalam: www. capt.org.uk

Tidak ada komentar: