Rabu, 21 Maret 2012

Batuk pada Anak: Kawan atau Lawan?


SALAH satu penyakit yang cukup sering dikeluhkan para ibu ketika membawa anaknya ke dokter atau ke poliklinik adalah batuk. Sebetulnya, batuk merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh yang penting, utamanya pada saluran napas. Timbulnya batuk adalah gerak refleks alami untuk melindungi tubuh sebagai usaha untuk membersihkan saluran napas dari material yang tidak diinginkan, baik bahan-bahan asing maupun hasil sekresi alami yang berlebihan pada saluran napas.

Saluran napas dilapisi sel-sel berbulu (silia) cukup efektif untuk mempertahankan agar saluran napas tetap bersih dengan menyapu lendir/dahak ke arah tenggorokan. Tetapi pada infeksi saluran napas , silia ini dapat rusak sehingga batuk yang efektif sangat penting. Walaupun merupakan refleks, batuk dapat juga disengaja atau ditahan. Pusat pengontrol batuk terletak pada sumsum tulang belakang yang berdekatan dengan pusat pernapasan.


Ada beberapa macam batuk, antara lain batuk akut (kurang dari 14 hari) dan batuk kronis (lebih dari 14 hari) yang cenderung berulang.

Penyebab:

a) Pencetus batuk bersifat mekanik (disebabkan asap, debu, partikel makanan, benda asing)

b) Kimia (terhirup gas, klorin)

c) Termal (suhu yang dingin atau panas)

d) Infeksi saluran napas (flu, radang tenggorokan, bronkitis, pneumonia, tuberkulosis/Tb),

e) Pertusis (batuk rejan), asma, alergi, adanya benda asing, tumor di saluran napas, gagal jantung.

f) Faktor psikis.
Kawan atau lawan?

Batuk bisa dikatakan kawan karena manfaatnya dalam mekanisme pertahanan tubuh. Batuk memberikan manfaat karena membersihkan saluran napas dan mengeluarkan benda asing yang tidak berguna di saluran napas. Pada anak dengan asma, alergi, di mana sering terdapat dahak yang kental, dapat menyumbat saluran napas, dengan adanya batuk, dahak tersebut dapat dikeluarkan dan melegakan napas.

Sebagai lawan, batuk dapat mengakibatkan penyakit bertambah parah, menimbulkan penyakit lain (komplikasi), dan batuk tidak kunjung sembuh-sembuh. Batuk yang tidak terkontrol juga dapat meyebabkan penyembuhan suatu penyakit terhambat. Bila sudah menjadi lawan, batuk harus dilawan. Obat-obat untuk melawan/menekan batuk (antitusif) dapat dipertimbangkan untuk digunakan. Walaupun obat antitusif dapat digunakan, tetapi belum ada kesepakatan bulat dari para ahli. Hal ini disebabkan juga karena belum cukup bukti kuat tentang manfaat dan keamanannya pada anak. Antibiotik hanya diberikan bila penyebab batuknya infeksi bakteri. Dua hal yang harus dipantau pada setiap anak dengan batuk adalah frekuensi napas dan lihat ada tidaknya tarikan dinding dada sebelah bawah. Bila ada frekuensi napas yang cepat atau adanya tarikan dinding dada, anak segera dibawa ke dokter/fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Walaupun batuk merupakan anugerah, tidak bijaksana bila kita menyepelehkan batuk pada anak, karena batuk juga sinyal yang menandakan ada sesuatu yang salah dalam tubuh anak. Akan tetapi, karena banyak sekali penyebab batuk pada anak, harus diusahakan untuk mengetahui jenis dan penyebabnya. Kemudian memberikan tindakan paling tepat dalam mengatasi penyebabnya, karena jenis dan penyebab batuk berbeda, sehingga penanganannya pun berbeda pula pada masing-masing anak.

Untuk batuk sebagai kawan, tentunya tidak perlu ditekan. Tidak perlu diserang/dimusuhi, melainkan harus dipelihara sehingga dapat membantu mengatasi masalah atau penyakit pada individu tersebut. Pada batuk yang berdahak, utamanya bila dahak bersifat kental, untuk dapat lebih mudah dikeluarkan melalui batuk, mungkin perlu dicairkan. Tindakan yang aman dan murah dengan banyak minum. Obat pengencer dahak dan ekspektorans bisa digunakan walaupun belum ada kesepakatan bulat para ahli, karena belum cukup bukti. Namun hindari penggunaannya pada anak usia di bawah 2 tahun. Kesalahan dalam memilih obat akan membuat batuk semakin parah atau bahkan memicu timbulnya penyakit lain.

Tidak ada komentar: