Harapan demi harapan yang saya bangun ketika membaca kisah ini baris demi baris, akhirnya pupus juga, ketika saya sampai pada akhir kisah nyata ini. Kenapa sakit demam setelah imunisasi bisa menjadi sefatal ini, out of my imagination. Akhirnya saya teringat kepada putra saya Akhdan. Sekarang memang sudah satu tahun dan sudah dapat imunisasi dasar lengkap. Saat ini saya hanya bisa berdoa semoga imunisasi yang telah Akhdan jalani tidak ada efek samping untuk kesehatan dan kecerdasannya.
Saya sampai terbawa ke dalam duka yang dialami oleh keluarga Acep, beberapa menit sempat terpaku, karena saya juga mempunyai putra yang hampir seusia, meskipun kisah ini terjadi tujuh tahun yang lalu. Semoga ada hikmah dibalik kisah ini yang bisa keluarga Acep dapatkan. Doa kami untuk putra tercintanya..
----------------------------- Original Message --------------------------
From: ACP-Acep Apriyanto
Sent: Thursday, May 12, 2005 1:00 PM
Subject: SHARING PENGALAMAN/KISAH NYATA (Imunisasi HIB)
Ini kisah nyata yang saya alami, sebagai informasi / pelajaran bagi rekan-rekan jika suatu saat ada yang menghadapi cobaan seperti yang saya alami.
Saya salah satu karyawan Kantor Pusat di Perusahaan kita, saya menikah pada
pertengahan tahun 2001, saya mempunyai Istri "I" yang dulunya juga adalah
karyawan di Perusahaan kita (Cab. Fatmawati), dan karena untuk mematuhi
peraturan di perusahaan (tidak boleh menikah antar sesama Karyawan), Istri saya
mengundurkan diri dari Perusahaan.
Sejak Menikah (th.2001), Istri saya telah mengalami dua kali keguguran, yang
pertama +/- pada kehamilan berumur 2,5 bulan, dan yang kedua sempat di Operasi
"Kuretase" karena usia kehamilannya telah berumur 3,5 bulan.
Penyebab keguguran, menurut dokter "K" di RS "A" Panglima Polim/Jakarta, karena
Istri saya "kecapaian" (Istri saya bekerja di Perusahaan lain setelah
pengunduran dirinya) dan kandungannya "agak lemah". Dokter memeriksa hasil Lab.
komplit hasilnya " negatif ", tidak terdapat penyakit yang menyebabkan Istri
saya keguguran. Jadi secara medis memang penyebabnya hanya "Kecapaian" dan
"Kandungannya lemah". Jadi jika suatu saat Istri saya hamil lagi, dokter
menyarankan harus extra hati-hati dalam merawatnya.
Bulan Sept 2004, Pada saat Istri saya periksa (karena sudah terlambat bulan) ke
dokter kandungan dr. "K" di RS "A", istri saya kembali dinyatakan Hamil,
keluarga kami begitu bahagia mendengar berita ini. Lalu saya dan Istri dengan
sangat hati-hati merawat kehamilan ini. Segala saran-saran dokter kami
laksanakan dengan baik, minum penguat janin, vitamin-vitamin, susu ibu hamil,
menjaga kesehatan makanan, makan makanan bergizi, menjaga pantangan-pantangan
ketika Hamil, dan bahkan untuk menjaga kehamilannya (pada saat itu berumur 5
bulan), Istri saya rela kembali keluar dari tempat kerjanya (saat itu masih
bekerja pada Bank "B") dengan tujuan ingin benar-benar konsentrasi dalam
merawat/menyusui anak.
Pada pertengahan bulan Juni 2005, Istri saya melahirkan dengan baik (walau
dengan operasi caesar), bayi kami sehat tidak kurang suatu apapun, beratnya
3.150 Kg dengan panjang 49 Cm. Sekali lagi Kami sangat bahagia atas peristiwa
ini. Kembali Segala saran-saran dokter (Dokter Anak: Prof. "R" di RS "A") kami
laksanakan dengan baik, minum vitamin-vitamin, susu ibu menyusui, menjaga
kesehatan makanan/perlengkapan makan, makan makanan bergizi, menjaga
pantangan-pantangan dalam merawat bayi. dan rutin melakukan Imunisasi.
Disinilah mulai timbul bencana pada keluarga kami,