Selasa, 29 Januari 2013

See the Sea




Sekian lama tidak sharing tentang cerita dan pertumbuhan Akhdan. Agaknya ini membuat saya merasa kangen untuk menulis lagi. Dimulai dengan cerita minggu pagi tanggal 27 Januari 2013. Tanpa direncanakan sebelumnya, seperti biasa, Ayah selalu memberikan surprise.

Pagi itu kita berkendara, mencari udara segar pagi hari di Weleri. Biasanya kita sarapan Bubur Ayam di depan SMP Kanisius, karena pagi hari Akhdan pasti kelaparan dan mudah sekali makannya. Tapi tidak pagi itu. Ayah melajukan kendaraannya ke arah Rowosari, dan ternyata kita sampai di Sekucing juga. Agak siang sampainya, karena tadi setelah bangun tidur Akhdan tidur lagi, jadi sekitar jam 7an kita sampai di sana. Alhasil suasana pantai yang biasanya ramai dengan anak-anak berenang, sepi, hanya beberapa keluarga yang masih bertahan disana, menikmati ombak yang terasa hangat di kaki.


Ada cerita lucu tentang Akhdan kali ini. Putraku sepertinya jika punya keinginan besar, pasti akan mengejarnya, Akhdan gigih banget. Sampai-sampai ayah speechless dan hanya tersenyum melihatnya. Ceritanya begini....

Biasanya selama diperjalanan saya mengenalkan Akhdan dengan tempat-tempat baru atau hal-hal unik yang ada disekitar jalanan. Dan sambil menunjuk, Akhdan akan mengulang apa yang saya ucapkan dengan logatnya yang masih cadel, riang. Mendekati kawasan Sekucing yang banyak kapal bertengger Akhdan semakin riuh...

“ Apal..apal...apal...nda apal” kapal-kapal-kapal, bunda kapal!

Memasuki kawasan Sekucing kita disuguhi oleh banyak warung dan jajanan, mulai dari sate ayam, jagung bakar sampai ada beberapa penjual pakaian yang menggelar lapaknya di atas pasir.....Sembari ayah mengemudikan motornya, pandangan Akhdan tidak lepas dari makanan yang menggiurkan yang tergantung agak jauh dari arah kita masuk, berwarna pink, bergerak mengikuti arah tiupan angin laut. Kembang gula berwarna pink tersebut agaknya membuat Akhdan ngiur. “Nda tumbas, tumbas” Bunda beli, beli. Kata Akhdan sambil menunjuk kelapak yang agak jauh dari pandangan mata kami. “Iya nanti dek,” kata ayah sambil masih melajukan motornya, tidak berhenti, membelok ke arah pantai yang agak sepi, tempat yang dulunya ada dermaga kecil, tempat untuk menjemur ikan-ikan asin kering.


Air laut agak surut, sehingga meninggalkan pasir hitam luas yang banyak cangkang kerangnya. Karena saya sedang senang sekali membuat bros sendiri, dan pernah melihat bros-bros cantik dari kulit kerang maka bergegas saya turun ke pasir tersebut, mencari, mengkais-kais kerang yang cantik untuk saya jadikan bros.

Agaknya sudah ada orang yang mendahului saya, saya tidak bisa menemukan satupun kerang yang cantik. Akhirnya Akhdan dan ayah mengikuti saya, dan menikmati pasir yang agak hangat karena lama terterpa sinar matahari pagi. Ada yang agak beda dengan Akhdan. Kali ini entah kenapa Akhdan agak takut dengan gerakan ombak yang menghampirinya. Ketika saya coba menyambangi ombak dan bermain dengannya, tampak Akhdan ketakutan dan memanggil-manggil saya. Dia tidak ingin saya dekat-dekat dengan ombak.
Cukup lama kita bermain di sisi barat pantai Sekucing, pantai yang sepi dan tidak ada satupun warung yang berjualan di sisi pantai ini.

Akhirnya ayah memutuskan untuk beralih di pantai tumur. Alih-alih naik motor, Akhdan berlari sendiri ke arah timur, ketika saya gendong meronta-ronta, tidak mau naik motor. Akhdan berlari terus dengan saya mengawasi dari belakang. Saya bertanya-tanya mau kemana dia. Ternyata dia ingat betul jalan yang tadi kita lewati ketika masuk ke pantai ini. Agak jauh Akhdan berlari, dengan cuaca panas seperti ini, ini cukup membuat saya menjadi tambah gerah. Ayah dengan motornya mengejar dari belakang. Betapa terkejutnya kami ketika Akhdan bersorak-sorak riang dengan menunjukkan jarinya ke lapak pintu masuk. Akhdan melihat saya dengan mata berbinar-binar, sayapun ikut terharu. Ternyata putraku berjuang untuk menyambangi kembang gula primadonanya. Dan dia ternyata tidak lupa dengan apa yang di lihatnya semenjak pertama kali memasuki kawasan pantai. Saya kira dengan bermain-main bisa membuatnya lupa dengan kembang gula yang tadi dilihatnya, ternyata tidak. Dan dia membuktikan bahwa dirinya bisa mendapatkan sesuatu dengan perjuangannya sendiri.

Sambil berlari menuju ke lapak tersebut, Akhdan mengepak kepakkan tangannya senang sambil berteriak tumbas tumbas tumbas. Sang penjualpun tersenyum senang mengambilkan satu buah kembang gula tanpa tanya saya dulu. Yah....sekali-kali gak apa beli kembang gula. Semenjak itu Akhdan terlihat senang sekali,dia peluk-peluk kembang gulanya seperti guling, menciumnya sambil coba di gigit plastiknya. Akhdan kita cari tempat untuk duduk dulu yuk, biar bisa enak makannya. 


Akhirnya kita menemukan satu tempat duduk, “Nda..yayak” Bunda duduk sambil merentangkan tangannya untuk saya angkat. Setelah duduk manis, Akhdan masih tetap memeluk kembang gulanya. “Nda..Kak” Bunda buka... sambil tepuk tangan, dia menunggu saya membukakan kembang gulanya. Saya suapi sedikit demi sedikit, tampaknya Akhdan kaget dengan rasanya yang sangat manis, diapun meringis sambil tersenyum.

Gak sabar dengan suapan saya, direbutlah semua yang ada ditangan saya...Akhdan makan kembang gula dengan sangat lahap. Tak ketinggalan ayahnya, saya minta ayah untuk ikut menghabiskan kembang gulanya agar Akhdan makan tidak terlalu banyak hehe wal hasil kalau di lihat dari jauh tampak seperti ayah dan anak rebutan makanan hehehe belepotan lagi hehehe..

Tinggal sedikit saya minta untuk Akhdan membuang kembang gulanya ehh ternyata nurut stik yang ada di tangannya dia buang beerrrr “Mimik” minum. Seperti sangat sangat dahaga Akhdan menghabiskan beberapa teguk air mineral botol. Ada videonya juga, tapi sementara tidak bisa saya tayangkan dulu.

Masih ada beberapa orang yang menikmati suasana di pantai, beberapa bapak ibu dan anak. Anak-anak mereka masih seusia Akhdan. Saatnya menikmati kembali deburan ombak. Kita bermain di tepi pantai. Akhdan masih sungkan bermain ombak, dan berteriak teriak memanggil saya ketika saya masuk ke air.

We learn today that our son grows everyday.

Love you


Tidak ada komentar: